Idul Fitri
merupakan salah satu hari raya umat Islam selain hari raya Idul Adha.
Bagaimana
ucapan idul fitri untuk sesama muslim yang dicontohkan oleh Rasulullah
shalallohu alayhi wa sallam dan diikuti oleh para sahabat Nabi ? Bagaimana pula jawabannya dari ucapan tersebut ?
Ibnu Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa
ucapan Idul Fitri yang diucapkan para sahabat ketika bertemu sahabat
lainnya adalah taqabbalallahu minna wa minkum.
“Para sahabat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam apabila bertemu di hari Id, mereka berkata kepada
sebagian lainnya: taqabbalallahu minna wa minka,” jelas Ibnu Hajar di
dalam kitab Fathul Baari.
Ibnu Taimiyah menambahkan, selain taqabbalallahu minna wa minkum, ada pula ucapan ‘ahallallahu ‘alaika.
Kapan waktu mengucapkan 'Taqabbalallahu Minna Wa Minkum'
Kapankah mengucapkannya? Ibnu Taimiyah
menjelaskan, ucapan taqabbalallahu minna wa minkum mulai diucapkan
ketika seorang muslim bertemu dengan muslim lainnya setelah selesai
shalat Id.
“Ucapan hari raya di mana sebagian orang
mengatakan kepada yang lain jika bertemu setelah shalat Id,
‘taqabbalallahu minna wa minkum’, ‘Ahalallahu ‘alaika’, dan sejenisnya
ini telah diriwayatkan dari sekelompok sahabat bahwa mereka
mengerjakannya,” kata Ibnu Taimiyah.
Arti 'Taqabbalallahu Minna Wa Minkum'
Taqabballahu minna wa minkum yang
merupakan ucapan para sahabat kepada sesaa sahabat setelah shalat idul
fitri adalah sebuah doa. Yang artinya, semoga Allah menerima (amal) dari
kami dan (amal) dari kalian.
Ucapan ini sungguh sangat tepat. Setelah
sebulan penuh berpuasa, setelah sebulan penuh beramal di bulan suci
Ramadhan, sesama muslim saling mendoakan agar amal-amalnya, terutama
puasa, diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Bagaimana jawaban 'Taqabbalallahu Minna Wa Minkum'
Tidak sedikit dari sebagian kita menjawab dengan kalimat Taqobbal Yaa Kariim atau menjawab dengan Waiyyaki, Waiyyakum ketika diucapkan Jazakallohu Khoir atau Barakalahu fiikum, maka marilah kita ikuti sunnah Nabi dalam menyempurnkan jawaban doa tersebut dengan menjawab kalimat yang sama.
Jawaban taqabbalallahu minna wa minkum
adalah doa yang sama yakni taqabbalallahu minna wa minkum. Sebagaimana
riwayat yang menceritakan jawaban sahabat dan salafush shalih saat
mendapatkan ucapan taqabbalallahu minna wa minkum.
Dari Habib bin Umar Al Anshari, ayahnya
bercerita kepadanya bahwa beliau bertemu dengan Watsilah radhiallahu
‘anhu ketika hari raya, maka ketika ia mengucapkan kepada Watsilah,
“Taqabbalallahu minna wa minkum,” Watsilah menjawab, “Taqabbalallahu
minna wa minkum.”
(HR. Ad-Daruquthni dalam Mu’jam Al Kabir)
Dari Syu’bah bin Al-Hajjaj, ia berkata,
“Saya bertemu dengan Yunus bin Ubaid, dan saya sampaikan,
‘Taqabbalallahu minna wa minka.’ Kemudian ia menjawab dengan ucapan yang
sama.” (HR. Ad-Daruquthni dalam Ad Du’a)
Demikianlah jawaban sahabat dan salafus
shalih, ketika mendapatkan ucapan taqabbalallahu minna wa minkum.
Jawaban ini seperti perintah Allah dalam Al Qur’an, “Jika kalian diberi salam dalam bentuk apa pun maka balaslah dengan salam yang lebih baik atau jawablah dengan yang semisal.” (QS. An Nisa’ : 86)
Jadi ketika mendapat ucapan jazakumullah khairan, maka baiknya dijawab dengan wa
antum jazakumullah khairan, meskipun ada yang membolehkan untuk
mengucapkan waiyyak. Namun ada sebagian ahlul ilmi yang mengatakan
bid’ah, kalau seseorang setiap diberi ucapan jazakallah khairan kemudian dia menjawab dengan waiyyak karena tak ada dalilnya. Ada
satu kaidah ushul fiqih yang dengan ini mudah-mudahan kita bisa
terhindar dari bid’ah dan kesalahan-kesalahan dalam beramal atau
beribadah. Maka sebaiknya mari ikuti Sunnah dan pemahaman para Sahabat mulia. Wallahu a’lam bish
shawab
Bagaimana dengan ucapan lain yang populer saat ini ?
Bagaimana dengan ucapan lain semisal minal aidin wal faizin, yang lebih populer diucapkan di Indonesia? Haramkah?
Ucapan “minal aidzin wal faizin”
merupakan kependekan dari “ja’alanallahu minal aidzin wal faizin” yang
artinya “semoga Allah menjadikan kita termasuk orang-orang yang kembali
dan orang-orang yang menang.” Sebagai doa, tentu hal itu tidak
diharamkan. Boleh-boleh saja. Namun yang terbaik adalah yang diajarkan
Rasulullah dan dipraktikkan oleh para sahabat. Wallahu a’lam bish
shawab.
Racikan berbagai Sumber :