February 08, 2008

February 08, 2008

Misteri dari film misteri

Indonesia adalah negara penghasil film yang neko-neko nan nyeleneh. Betapa tidak, banyaknya potensi pemain film dari artis muda baru sampai setan baru. Apakah mereka (para sutradara) sudah kehabisan nikmat kreativitas sehingga mereka menggarap film yang bodoh. Setidaknya ada 2 kebodohan yang jelas pada setiap kemunculan film misteri.
1. Pembodohan Iman.
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang diciptakan sebagai khalifah di dunia untuk memakmurkannya tentu dengan ilmu. Setelah ilmu itu ada maka ilmu menuntut untuk diaplikasikan dalam kehidupan. Dan ilmu itu fitrahnya adalah menghayati serta menambah iman dan takwa manusia kepada sang pencipta Allah SWT. Manusia adalah makhluk Allah dengan sebaik-baik bentuk (At-Tin :4). Sangat jelas bahwa pembodohan melalui film akan sangat mempengaruhi masa depan generasi bangsa. Mereka (Production House) tidak mau ambil pusing karena profit yang mereka kejar.

2. Pembodohan Akal
Tidak lain diciptakan bumi, langit dan isinya adalah untuk orang-orang yang berakal. (Al Imron:190-191) Maka sangat disayangkan kalau remaja banyak menonton film yang bersifat menimbulkan tahayul kemudian terbayang dalam kehidupan. Jelas akal akan terbodohi dengan cara seperti ini. Islam adalah agama yang mengajarkan pemeluknya untuk belajar memahami kebesaranNya.

Wallohu'alam

Bumi pun berjalan..

Bumi pun berjalan

Dalam sebuah ayat, kita diberitahu bahwa gunung-gunung tidaklah diam sebagaimana yang tampak, akan tetapi mereka terus-menerus bergerak.
"Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal dia berjalan sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu; sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (Qs: 27:88)
Gerakan gunung-gunung ini disebabkan oleh gerakan kerak bumi tempat mereka berada. Kerak bumi ini seperti mengapung di atas lapisan magma yang lebih rapat. Pada awal abad ke-20, untuk pertama kalinya dalam sejarah, seorang ilmuwan Jerman bernama Alfred Wegener mengemukakan bahwa benua-benua pada permukaan bumi menyatu pada masa-masa awal bumi, namun kemudian bergeser ke arah yang berbeda-beda sehingga terpisah ketika mereka bergerak saling menjauhi.
Para ahli geologi memahami kebenaran pernyataan Wegener baru pada tahun 1980, yakni 50 tahun setelah kematiannya. Sebagaimana pernah dikemukakan oleh Wegener dalam sebuah tulisan yang terbit tahun 1915, sekitar 500 juta tahun lalu seluruh tanah daratan yang ada di permukaan bumi awalnya adalah satu kesatuan yang dinamakan Pangaea. Daratan ini terletak di kutub selatan.
Sekitar 180 juta tahun lalu, Pangaea terbelah menjadi dua bagian yang masing-masingnya bergerak ke arah yang berbeda. Salah satu daratan atau benua raksasa ini adalah Gondwana, yang meliputi Afrika, Australia, Antartika dan India. Benua raksasa kedua adalah Laurasia, yang terdiri dari Eropa, Amerika Utara dan Asia, kecuali India. Selama 150 tahun setelah pemisahan ini, Gondwana dan Laurasia terbagi menjadi daratan-daratan yang lebih kecil.
Benua-benua yang terbentuk menyusul terbelahnya Pangaea telah bergerak pada permukaan Bumi secara terus-menerus sejauh beberapa sentimeter per tahun. Peristiwa ini juga menyebabkan perubahan perbandingan luas antara wilayah daratan dan lautan di Bumi.
Pergerakan kerak Bumi ini diketemukan setelah penelitian geologi yang dilakukan di awal abad ke-20. Para ilmuwan menjelaskan peristiwa ini sebagaimana berikut:
Kerak dan bagian terluar dari magma, dengan ketebalan sekitar 100 km, terbagi atas lapisan-lapisan yang disebut lempengan. Terdapat enam lempengan utama, dan beberapa lempengan kecil. Menurut teori yang disebut lempeng tektonik, lempengan-lempengan ini bergerak pada permukaan bumi, membawa benua dan dasar lautan bersamanya. Pergerakan benua telah diukur dan berkecepatan 1 hingga 5 cm per tahun. Lempengan-lempengan tersebut terus-menerus bergerak, dan menghasilkan perubahan pada geografi bumi secara perlahan. Setiap tahun, misalnya, Samudera Atlantic menjadi sedikit lebih lebar. (Carolyn Sheets, Robert Gardner, Samuel F. Howe; General Science, Allyn and Bacon Inc. Newton, Massachusetts, 1985, s. 30)
Ada hal sangat penting yang perlu dikemukakan di sini: dalam ayat tersebut Allah telah menyebut tentang gerakan gunung sebagaimana mengapungnya perjalanan awan. (Kini, Ilmuwan modern juga menggunakan istilah "continental drift" atau "gerakan mengapung dari benua" untuk gerakan ini. (National Geographic Society, Powers of Nature, Washington D.C., 1978, s.12-13)
Tidak dipertanyakan lagi, adalah salah satu kejaiban Al Qur’an bahwa fakta ilmiah ini, yang baru-baru saja ditemukan oleh para ilmuwan, telah dinyatakan dalam Al Qur’an.
Simak juga ayat 7 dari An Naba’.
"Dan kami jadikan gunung-gunung itu sebagai pasak"
Bayangkan jika tidak ada nikmat Allah berupa gunung bagimana frekuensi bencana alam yang terjadi ?..
Maka nikmat Tuhan kamu yang mana, yang kamu dustakan?
Wallohu'alam

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates